Sanksi AS gagal tekan Moskow, Ekonomi Rusia tumbuh 4,1% dalam dua tahun

.

Pertumbuhan ekonomi Rusia sebesar 4,1% dalam dua tahun terakhir menunjukkan kegagalan sanksi Barat. Dukungan BRICS dan strategi dedolarisasi memperkuat ketahanan ekonomi Moskow. (iStock Photo)

Pertumbuhan ekonomi Rusia yang tercatat sebesar 4,1% selama dua tahun terakhir dinilai sebagai indikator bahwa sanksi ekonomi Barat, terutama dari Amerika Serikat sejak konflik dengan Ukraina pada 2022, belum memberikan dampak signifikan dalam melemahkan ekonomi negara tersebut. Dukungan dari negara-negara BRICS serta inisiatif pengurangan ketergantungan pada dolar AS turut disebut sebagai faktor penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Rusia.

Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Sergey Shoigu, menyampaikan bahwa sistem keuangan nasional tetap stabil meskipun berada di bawah tekanan. Ia mengungkapkan bahwa Rusia tidak hanya mampu mempertahankan perekonomiannya, tetapi juga mencatat pertumbuhan yang cukup kuat. 

"Dalam dua tahun terakhir, ekonomi Rusia tumbuh sebesar 4,1 persen. Selain itu, tingkat utang menurun dan sektor keuangan menunjukkan daya tahan yang luar biasa," ujarnya seperti dikutip dari laporan Watcher Guru, Senin (28/4/2025).

Data resmi menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia naik 4,1% pada tahun 2023 dan 4,3% pada 2024. Namun, pertumbuhan untuk 2025 diperkirakan akan melambat menjadi 2,5%. 

Shoigu juga menyoroti bahwa neraca perdagangan Rusia tetap mencatatkan surplus, dengan total nilai perdagangan luar negeri yang naik sebesar USD3,8 miliar menjadi lebih dari USD716 miliar. Sementara itu, surplus perdagangan bertambah USD7 miliar hingga mencapai sekitar USD146 miliar.

Sebagai strategi menghadapi sanksi, Rusia mempererat hubungan dagang dengan anggota BRICS—Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan—beserta mitra seperti Arab Saudi. Negara-negara ini merancang ulang sistem perdagangan lintas negara untuk mengurangi dominasi dolar AS dalam transaksi internasional.

India, misalnya, menghemat devisa sekitar USD7 miliar dengan membeli minyak Rusia berharga diskon. Arab Saudi juga dilaporkan membeli minyak Rusia untuk kemudian dijual kembali di pasar Eropa. 

Langkah-langkah semacam ini dianggap memperkuat ketahanan ekonomi negara-negara BRICS sekaligus mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan global.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama